Top 10 Penulis

”Mengeluarkan ‘David’ Dari Dalam Diri Seorang Buddhis”

Tulisan ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan Rumah Mettasik

a statue of a person holding a sword
Photo by Prakash

Buddha mengatakan, “Orang-orang seharusnya tidak terkungkung pada masa lalu, juga tidak berharap secara berlebihan yang belum datang, saat sekarang adalah yang paling berharga. Menyesali masa lalu, merindukan masa depan, orang seperti ini ibarat si dungu yang akan merana dalam kehidupan ini seperti ilalang dibabat.”

Sejalan dengan perkataan Buddha tersebut, terdapat kalimat bijaksana yang mengatakan, “Tidak peduli dari mana kita memulai kehidupan ini (baca: apa pun latar belakang kita), yang terpenting dimana atau bagaimana kita akan mengakhiri kehidupan ini (baca: pencapaian dan karya yang kita hasilkan).”

Latar belakang kita adalah sesuatu yang sudah terjadi di waktu yang lampau (masa lalu). Kita tidak boleh terkungkung ke masa lalu yang hanya akan menghambat diri kita dalam memberikan perhatian dan mengeluarkan kemampuan terbaik kita terhadap segala sesuatu yang sedang kita hadapi dan lakukan (masa sekarang). Yakinlah bahwa seburuk dan serendah apapun diri kita saat ini, kita pasti bisa mentransformasikan diri kita menjadi pribadi-pribadi yang luar biasa. Kita bisa menutup buku kehidupan kita dengan gemilang. Tidak akan ada penyesalan di ujung kehidupan kita nantinya.

Dalam riwayat Buddha, banyak contoh bangsawan (raja, ratu, pangeran, putri, orang-orang terhormat lainnya) yang meraih kemajuan batin. Tidak sedikit yang bahkan mencapai tingkat kesucian tertinggi (arahat). Demikian pula banyak umat perumah tangga yang merupakan orang-orang biasa mampu meraih kemajuan batin atau tingkat kesucian. Bahkan ada yang sebelumnya merupakan orang jahat, misalnya Angulimala yang sudah membunuh banyak orang, dapat mencapai tingkat kesucian arahat. Berbagai contoh ini menggambarkan bahwa jika kita mau berusaha dengan cara-cara yang benar, tersedia begitu banyak hasil yang bisa kita raih dalam kehidupan ini, tidak peduli apapun latar belakang diri kita.

Di Florence Italia, terdapat sebuah museum yang dibangun untuk patung David yang dibuat oleh Michelangelo beberapa ratus tahun yang lalu. Patung David dianggap sebagai salah satu patung terbaik dan terindah yang pernah dibuat di dunia.

Berawal saat Michelangelo diminta oleh keluarga kaya Medicis untuk membuat patung yang akan diletakkan di alun-alun kota Florence. Cukup lama Michelangelo mencari batu sebagai bahan untuk dibuat menjadi patung sesuai pesanan. Akhirnya, di pinggir sebuah jalan di kota Florence, dengan separuh tertutup semak belukar dan tertimbun lumpur, sebuah batu pualam besar yang bentuknya jelek dan tidak beraturan memikat perhatian Michelangelo. Selama ini tidak ada seorang pun yang menaruh perhatian terhadap batu tersebut. Demikian juga dengan Michelangelo. Entah kenapa sekarang dia begitu tertarik kepada batu itu.

Bongkahan batu tersebut lalu dibongkar dan dibawa ke tempat kerja Michelangelo. Dimulailah sebuah pekerjaan yang berat dan panjang, dengan terus-menerus memalu dan memahat untuk membentuk awal dari sebuah patung. Lalu diperlukan bertahun-tahun lagi untuk memoles dan menghaluskan patung tersebut.

Sewaktu patung yang sudah selesai dan diberi nama “David’ tersebut akan dipertontonkan kepada publik, ribuan orang datang berkumpul di alun-alun kota Florence. Ketika penutup patung dibuka, kerumunan massa tercengang menyaksikan patung David yang luar biasa indah. Banyak orang menjadi histeris terutama para wanita. Tidak sedikit yang jatuh pingsan.

Apa jawaban Michelangelo sewaktu ditanya bagaimana bisa menciptakan maha karya patung yang begitu indah dari sebongkah batu yang sama sekali tidak menarik?

Michelangelo menjawab bahwa setelah memperhatikan dan mengamati sekian lama bongkahan batu tersebut, dia dapat melihat David yang lengkap dan sempurna di dalamnya. Sewaktu maju mundur mengamati bongkahan batu yang tidak menarik itu, Michelangelo sudah dapat melihat dengan jelas patung David terbungkus di dalamnya. Yang dilakukan selanjutnya oleh Michelangelo hanyalah: (1) Membuang apa-apa yang “bukan David”, dan (2) Menghaluskan atau memperbaiki apa-apa yang merupakan “David” untuk memunculkan “David” yang sesungguhnya.

Merupakan kenyataan bahwa setiap orang merupakan sebuah ”maha karya hebat” berkat karma-karma baik yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam diri kita masing-masing terdapat benih-benih kebaikan dan kesempurnaan. Benih-benih ini berasal dari berbagai karma baik yang sudah kita lakukan. Sesuai ajaran Buddha, banyak sekali karma – baik maupun buruk – yang sudah kita lakukan di kehidupan ini maupun di kehidupan-kehidupan sebelumnya. Banyak sekali karma yang sedang menunggu waktu untuk menjadi matang atau berbuah kepada diri kita dalam kehidupan ini maupun kehidupan-kehidupan selanjutnya.

Namun kebanyakan dari kita masih berbentuk “sebongkah batu” yang tidak menarik dalam kehidupan ini. Ada bagian-bagian dari diri kita yang harus dibuang untuk memunculkan diri kita menjadi laiknya seorang “David”. Bagian-bagian yang harus dibuang tersebut, misalnya pemikiran yang sempit, emosi negatif yang dominan, cara berpikir dan paradigma yang salah, keyakinan yang salah atau membatasi (limiting beliefs), perasaan rendah diri, kebiasaan buruk, mentalitas mudah menyerah, dan lain-lain.

Sebenarnya hal ini sejalan dengan salah satu ajaran utama dari Buddha, yakni mengurangi bahkan kalau bisa membuang perbuatan buruk yang sudah terbiasa kita lakukan dan mencegah perbuatan buruk baru supaya tidak kita lakukan. Perbuatan-perbuatan buruk tidaklah boleh menjadi bagian dari diri kita. Dengan mengurangi dan mencegah perbuatan buruk, kita sebenarnya menyediakan kondisi yang sesuai untuk karma-karma baik lampau berbuah dalam kehidupan kita yang sekarang.

Lalu diri kita harus dirapikan, dihaluskan, dipoles, dan diperbagus sehingga benar-benar menjadi seorang “David” yang indah dan menawan. Hal ini berarti kita harus memperbaiki bagian-bagian diri yang masih kurang baik dan terus meningkatkan bagian-bagian diri yang sudah baik. Bagian-bagian yang masuk dalam kategori baik ini, misalnya wawasan dan pemikiran yang luas, emosi positif, cara berpikir dan paradigma yang benar, keyakinan yang benar, penerimaan diri yang baik, percaya diri yang baik, berbagai kebiasaan yang baik, mentalitas tidak mudah menyerah, dan lain-lain.

Hal ini sebenarnya sejalan dengan ajaran utama lainnya dari Buddha, yakni meningkatkan perbuatan baik yang sudah terbiasa kita lakukan dan menambah perbuatan baik baru yang belum kita lakukan. Perbuatan-perbuatan baik haruslah menjadi bagian dari diri kita. Dengan menambah dan meningkatkan perbuatan baik, kita sebenarnya menyediakan kondisi yang sesuai untuk karma-karma baik lampau berbuah dalam kehidupan kita yang sekarang.

Dengan kombinasi cara-cara inilah, yakni “membuang bagian yang bukan David” dan “memperbagus bagian yang memang David”, kita bisa mengeluarkan “David” yang ada di dalam diri kita. “David” inilah yang seharusnya merupakan diri kita yang sesungguhnya (the real us), diri kita yang terbaik, diri kita yang maksimal.

Dengan kombinasi cara-cara inilah, yakni “mengurangi bahkan membuang perbuatan buruk dari diri kita” dan “menambah bahkan meningkatkan perbuatan baik ke diri kita”, kita bisa menyediakan kondisi yang sesuai untuk berbuahnya karma-karma baik lampau sehingga kehidupan kita akan lebih bermakna dan berbahagia.

Cerita “David” karya Michelangelo dan relevansinya dengan ajaran yang sudah Buddha babarkan hampir 26 abad yang lalu ini, seharusnya menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita dalam menjalani kehidupan ini untuk menjadi pribadi yang terus bertumbuh lebih baik. Pada akhirnya kita bisa menutup kehidupan ini tanpa sedikitpun rasa penyesalan karena sudah melakukan dan memberikan yang terbaik dari diri kita.

Pilihan

Terpopuler Bulan Ini

Dari Penulis yang Sama

self love, coffee, motivation
Manajemen diri sangat penting bagi setiap orang untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, profesional, maupun sosial kemasyarakatan.
woman holding black pocket watch at 5:30
Usia rata-rata manusia di zaman Buddha Gotama adalah 100 tahun. Berarti usia rata-rata manusia di zaman sekarang ini adalah 74 tahun.

Tulisan Terkait